Pengetahuan awal
antara masing- masing siswa mempunyai perbedaan, hal ini disesabkan setiap
siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda. Mulyadi (2004) menjelaskan
bahwa pengetahuan awal siswa mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Pengetahuan awal siswa sebelum mulai belajar sesuatu banyak membawa
pengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Dengan mengetahui
pengetahuan awal guru dapat menetapkan darimana harus memulai pelajaran.
Pengetahuan awal dimaksud adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang
telah dimiliki, yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari (Muhammad, 1996: 74)
Ali (1996)
menyatakan bahwa pengetahuan awal siswa sebelum mulai mempelajari sesuatu bahan
atau materi dikenal dengan istilah entry
behavior. Muhammad Ali menjelaskan bahwa
entry behavior pada dasarnya merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum mempelajari pengetahuan
atau keterampilan baru, pengetahuan awal yang didemonstrasikan siswa sebagai entry behavior adalah bersifat
individual.
Ausubel (dalam Ali,
1996) menyatakan bahwa entry behavior
bisa diartikan dengan readines (kesiapan).
Readines tersebut adalah keadaan kapasitas siswa secara memadai dalam
hubungannya dengan tujuan pembelajaran.
Fajar
(2002: 14) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar perlu penyediaan
pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sambil
memperluas dan menunjukan keterbukaan pada cara pandang. Setiap siswa pasti
memiliki prakonsep/ konsep awal tentang segala sesuatu yang akan dipelajari.
Siswa berpeluang untuk mencapai kempetensi secara maksimal sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki (Masnur, 2008: 74)
Sehubungan dengan
hal diatas, Piaget (dalam Paul, 1997: 33 ) mengatakan :
Dalam Pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata).
Setiap skemata berperan sebagai suatu filter
dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman yang baru. Skema mengatur,
mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar melalui kontak dengan
pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses
asimilasi. Bila pengalaman baru itu masih berkesesuaian dengan skema yang
dipunyai seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi.
Bila pengalaman baru sungguh berbeda
dengan skema yang ada, sehingga skema yang alam tidak cocok lagi untuk
menghadapi pengalaman, skema yang lama diubah sampai ada keseimbangan lagi.
Pengetahuan awal
siswa sebelum mulai mempelajari suatu bahan, banyak membawa pengaruh terhadap hasil
belajar yang dicapai. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat
menetapkan dari mana harus memulai pelajaran. Pengetahuan awal dimaksudkan
adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki, yang lebih
rendah dari apa yang akan dipelajari.
Pengetahuan awal
yang didemonstrasikan siswa sebagai entry behavior bersifat individual,
sehingga untuk mengenalnya guru dapat menetapkan darimana harus memulai
pelajaran. Ada tiga dimensi dari entry behavior yang perlu diketahui oleh guru
sebagaimana yang dinyatakan Djamarah (2004 : 13) yakni :
1. Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang
telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa
2. Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama
kemampuan yang telah dimiliki siswa
3. Kesiapan dan kematangan fungsi psikofisik
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Pengetahuan awal yang dimiliki
siswa ini diperoleh dari penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya yang
relevan dengan materi yang diajarkan.